Indah adalah gadis sederhana yang hidup bersama ibu dan kedua adiknya. Adik pertama berjenis kelamin perempuan, sedangkan adik kedua berjenis kelamin laki-laki. Ibu kandung Indah berstatus single parent. Ayahnya tega meninggalkan keluarga demi wanita lain.
Mau tak mau, Indah rela tak menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Indah rela bekerja demi membiayai keluarganya. Untung saja dia tak kesulitan mencari kerja.
Maizura-teman SMA Indah, atau yang akrab disapa Mai, menawarkan pekerjaan untuk Indah. Pekerjaan yang ditawarkan Mai yaitu menjadi pelayan di kafe.
Langsung saja Indah menerima pekerjaan itu, karena Maizura juga bekerja di kafe yang sama. Dengan sesi wawancara yang tidak sulit, Indah dapat diterima untuk bekerja di kafe itu.
Siang ini, suasana kafe sedang tidak terlalu ramai pengunjung. Hanya ada lima anak muda yang duduk di bangku tengah kafe tersebut. Mereka terdiri dari tiga orang lelaki dan dua orang perempuan. Salah satunya lelaki bernama Nichol.
Nichol adalah lelaki berusia 21 tahun. Nichol berstatus mahasiswa salah satu kampus swasta ternama di Jakarta. Nichol juga pemilik cafe tempat Indah bekerja. Dia mendirikan kafe ini bersama keempat teman kuliahnya.
Sementara itu, Indah dan Mai di dapur mempersiapkan aneka makanan ringan yang akan ia antar ke meja yang ditempati Nichol beserta keempat temannya.
"Indah, kamu yang antar makanan punya Mas Nichol dan teman-temannya ya," peringat Mai sembari menaruh makanan ringan tersebut ke atas nampan.
"Siap, Mai."
Setelah semua tertata rapi di atas nampan, Indah mengangkat nampan tersebut dan jalan ke meja Nicol dengan langkah yang pelan agar nampannya tidak jatuh.
Untung saja Indah tiba di meja Nichol dengan selamat. Dia langsung menaruh makanan ringan itu ke atas meja.
"Permisi, Mas, Mbak, ini makanan ringannya." Karena sedang berhadapan dengan kelima pemilik kafe, Indah bersikap sesopan mungkin.
"Terima kasih, Indah." Nichol yang berinisiatif mengucapkan terima kasih kepada Indah.
"Saya permisi dulu ya, selamat menikmati." Indah segera berlalu sambil membawa nampan yang sudah kosong.
Diam-diam, Nichol memperhatikan Indah. Nichol tersenyum misterius.
Sampai bertemu nanti malam, Indah.
***
Indah dan rekan-rekannya bekerja keras melayani para pelanggan kafe. Mereka berupaya memberi kinerja terbaik dan tak ingin mengecewakan semua orang.
Hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Sudah sedari tadi mengerjakan pekerjaan apa saja di kafe ini, mulai dari membuat membuat aneka minuman, memasak aneka makanan, mencuci piring, dan menjadi admin akun media sosial kafe.
Indah yang sedang mencuci gelas, dihampiri Mai yang baru saja usai mengantar minuman ke meja nomor 12.
"Indah, kamu habis ini langsung pulang aja ya? Soalnya kan kerjaan kamu disini udah beres," peringat Mai pada Indah.
"Oh ya? Emangnya nggak papa kalau pulang lebih awal?" Sedikit keraguan terpancar dari wajah Indah.
"Nggak papa kok, teman-teman disini juga kayak gitu."
Dan kebetulan setelahnya benda terakhir yang dicuci Indah adalah piring bekas makanan penutup.
"Kamu pulangnya naik apa, Ndah?"
"Naik ojek."
Indah sudah selesai mencuci beberapa peralatan makan milik kafe. Lalu ia beranjak ke ruang khusus pelayan untuk mengambil baju gantinya. Indah yang semula memakai seragam kasual kafe, menggantinya dengan baju milik sendiri di toilet khusus perempuan.
Indah mengenakan kaos oblong putih polos serta celana jeans. Tak lupa Indah memasukkan seragamnya ke dalam tas ransel biru miliknya.
Setelah semua beres, Indah berpamitan pada beberapa rekan kerjanya.
"Guys, gue pulang duluan ya!" seru Indah.
"Oke, Ndah!" seru salah satu teman Indah yang sedang membuat kopi.
"Hati-hati di jalan ya, sampai ketemu lagi besok," peringat teman kerja Indah lainnya yang bernama Arya.
"Siap!"
Setelah berpamitan, Indah keluar dari kafe dan jalan kaki untuk mencari ojek.
Tanpa diketahui siapa pun, sebuah mobil hitam berhenti di sudut jalanan. Si pengemudi mobil mengenakan hoodie berwarna hitam, kepalanya tertutup oleh hoodie itu.
I will get you, girl.
***
"Mas Nichol apa apaan sih? Maksudnya apa Mas sayat tangan saya sampai berdarah?!" Indah tak terima.
"Kenapa kamu menghindar dari aku?" Nichol hendak kembali menyayat Indah, sebisa mungkin Indah menghindar dari sayatan Nichol.
"Jangan gila, Mas!" Indah berteriak, pisau lipat Nichol nyaris kembali menyayat kulitnya.
"Indah, aku suka sama kamu." Nichol dengan gamblang mengatakan bahwa dirinya menyukai Indah.
Indah melongo. Tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Nichol.
Nichol menyukai Indah? Yang benar saja?
"Nggak mungkin! Ini nggak mungkin. Bagaimana bisa? Kalau memang Mas beneran suka sama saya, Mas nggak akan menyakiti saya seperti ini." Ringisan perih masih terpancar di wajah Indah.
"Aku suka kamu sejak pertama kali aku lihat kamu menginjakkan kaki di kafe milikku dan teman-temanku, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya mendekatimu. Lalu aku berpikir, jika aku harus menyakitimu supaya aku berhasil mendapatkanmu, maka akan ku lakukan."
Indah dibuat tak percaya karenanya. Nichol menyakiti Indah supaya bisa mendapatka dirinya? Sungguh, ini adalah hal yang gila untuk Indah.
"Saya mohon Mas Nichol sadar atas apa yang baruan Mas lakukan terhadap saya. Oh, atau jangan-jangan Mas Nichol ini seorang psikopat?" Pertanyaan pedas terlontar dari mulut Indah.
"Kalau aku memang psikopat, memangnya kenapa? Justru aku rela menjadi psikopat supaya kamu berhasil ku dapatkan, hahahahahaha...." Nichol tertawa seram.
Gue harus lari dari sini, gue gak mau dimiliki cowok kayak dia.
Indah nekat mendorong Nichol hingga tersungkur dan langsung keluar dari gudang. Nichol seketika marah dan mengejar Indah yang sudah keluar.
Masih di dalam rumah kosong, Indah berlari secepat mungkin dari Nichol. Deru napas Indah begitu cepat.
Brukk!!!
Sial, Indah terjatuh sebelum keluar dari rumah kosong. Apa yang terjadi selanjutnya? Nichol datang menghampiri Indah, tangan kanannya membawa pisau lipat yang tadi ia gunakan untuk menyayat tangan Indah.
"Kamu mau ke mana, Indah?"
Indah yang masih dalam posisi terjatuh, sontak ketakutan melihat raut wajah Nichol yang tersenyum seram.
"M-mas Nichol ... Ja-jangan habisi saya, Mas. Saya mohon...."
Indah mulai menangis. Bayangan keluarganya seketika muncul dalam benak Indah. Bagaimana nasib mereka nanti jika Indah tewas di tangan lelaki ini? Apalagi dirinya anak sulung dan menjadi tulang punggung keluarga.
"Tolooonnnggggg!!!!!"
Indah teriak sekencang mungkin supaya ada orang di luar yang mau menolongnya.
"Tolong saya! Saya akan dibunuh seseorang di rumah ini!"
"Nggak akan ada satupun orang yang menolong kamu, Indah."
Tak tahan dengan sikap Nichol, gadis itu berani menendang Nichol dengan satu kakinya dan hendak lari kembali. Sayangnya, sebelum Indah lari, kaki kirinya ditahan Nichol hingga Indah tak bisa bangkit.
"Lepaskan saya, Mas! Lepaskan!"
Nichol menaikkan ujung celana jeans Indah kemudian mengarahkan pisau lipat ke kaki Indah, lalu....
Sretttt!!!
Giliran kaki Indah yang disayat. Indah meraung dibuatnya. Tak hanya sekali, Nichol menyayat kaki Indah sebanyak hampir lima kali.
"Aaaaaaaaahhhh!!! Sakiiiiiiittttt!!!! Tolong berhenti, Mas Nichol! Ini sakiiiiiitttt!!!! Aaaaaaahhhh!!!!"
Raung kesakitan Indah terdengar merdu di telinga Nichol.
"Bagaimana, manis? Sakit, bukan? Hm?"
Baru saja rasa perih itu menjalar di tangannya, giliran rasa perih itu menjalar pula di kakinya.
"Hiks ... Saya nggak nyangka kalau Mas bisa sekejan ini sama saya, hiks...."
Nichol hanya menyeringai. Tangan kirinya bergerak meraih tangan kanan Indah dan mencengkeramnya erat.
"Mas mau apain lagi tangan saya? Hiks...."
Tak pakai lama Nichol menusuk tangan kanan Indah membabi buta. Nichol dikuasai oleh setan yang seolah merasukinya untuk menghabisi Indah.
Darah segar mencuat dari tangan kanan Indah. Nichol tertawa puas melihat tangan halus yang kini berlumur darah karena perbuatannya.
Jerit tangis Indah tak dapat berhenti keluar dari mulutnya. Tubuh mungilnya memberontak, berusaha membebaskan diri dari Nichol.
"Aku sangat mencintaimu. Maka dari itu, aku harus melakukannya."
Jlebbb!!!
Pisau lipat Nichol menusuk perut Indah. Kedua mata Indah membulat sempurna, terkejut perutnya turut disutuk. Nichol menusuknya begitu dalam.
Nichol mencabut pisau lipat dari perut Indah. Darah segar mencuat sangat banyak dari perut Indah. Tubuh Indah meluruh lemas ke lantai dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.
Detik berikutnya, napas Indah putus-putus dan kedua matanya terpejam. Ya, Indah sudah tak bernyawa. Nichol tersenyum manis, lantas mengecup lembut dahi Indah.
I love you, and i kill you, Indah.
***
I LOVE YOU AND I KILL YOU
Penulis: itsmevicke
Artworker: Marsyasp