Terlihat bahagia belum tentu bahagia.
Standard bahagiamu tidaklah sama dengan orang lain. Berani untuk kebahagiaanmu
juga perlu, jangan hanya membahagiakan orang lain. Itu berat!
===
Alandra kembali menguci diri di kamarnya, dia berusaha menghindari keluarganya terutama saudara lelakinya yang membuat dirinya menangis hari ini. Perempuan berusia 21 tahun itu menangis sangat sedih hingga matanya bengkak, tetapi dia selalu berusaha agar tidak ada yang mendengar suara tangisnya, dia selalu ingin berteriak untuk memuaskan emosinya yang sudah tertahan terlalu lama. Kali ini emosi telah memuncak, ia pun menutup mulutnya dengan bantal dan teriak sekuat tenaga, memukul-mukul bantal hingga menyakiti dirinya. Sungguh malang nasibnya, apa yang membuat kakaknya begitu membencinya?
Alandra sesungguhnya dikenal sangat baik, rajin dan penuh kasih sayang. Orangtuanya
sangat mencintainya, hal itu menjadi alasan tepat mengapa orangtuanya
memberikan perlakuan khusus pada dirinya. Namun, inilah dunia. Bagaimana pun Alandra berusaha,
tetap saja ada yang membencinya, terutama Alex saudara laki-lakinya. Selalu sinis dan kasar padanya, ia sangat
membenci adik cantik yang manis senyumnya, kata orang.
Alandra selalu ingin seperti kakaknya yang bebas dan bertindak seseuai
keinginannya. Alex tidak ingin
diperintah dan bisa menentang jika tidak sesuai dengan keinginannya. Sedangkan Alandra harus menurut meskipun itu
berlawanan dengan hatinya, ia sangat benci menjadi pusat perhatian tetapi ia
diharuskan mengikuti balet dan les piano oleh orangtuanya, padahal dia lebih menyukai menyendiri dan
ingin meneruskan kuliahnya.
Hari ini orangtua Alandra pergi untuk menghadiri pertemuan bersama wali kota membahas perjodohan Alandra, tentu gadis itu menolak ikut dan memilih diam di rumah. Sebab dia sangat tidak setuju akan perjodohannya.
Alandra tahu persis risiko yang akan diambil saat orangtuanya tidak ada.
Alex akan sesuka hatinya memaki dan menyiksa batin Alandra.
Orangtuanya sudah pergi, Alex
akan segera turun dan memaksa Alandra keluar dari kamar. Kali ini Alex membawanya ke meja makan dan
menyuruhnya untuk diam dan mengikuti kata-katanya. "Gadis bodoh! Kau
memilih bersamaku di rumah meskipun tahu aku sangat ingin kamu tiada?"
Alandra tetap diam dan menahan air matanya. Alex tiba-tiba pergi dan
menyiramnya dengan air dan kembali memakinya. "Apakah kamu sangat senang
telah menjadi kesayangan semua orang dan membuat aku tidak berharga? Dasar
munafik!"
Alandra memberanikan menatap mata Alex dan bicara. "Alex tolong bunuh
aku, aku tidak ingin berpura-pura baik
lagi. A-aku telah lama mati. Sekarang aku menjadi Alandra yang dikenal orang
... aku ingin sepertimu, Alex, yang bebas menentukan hidupmu!"
Alex sangat terkejut mendengar itu,
hatinya merasa Alandra tak layak menjadi seperti dirinya. Kini mereka
saling menatap, terpancar dari mata mereka kesedihan yang begitu dalam.
"Alandra ... apakah begitu berat menjadi dirimu?" Alex menangis dan memeluknya, sesungguhnya Alex sangat tau adiknya tidak menyukai perjodohan itu, tetapi hal itu menjadi kesenangannya tersendiri karena bisa melihat adiknya sedih. Alex sangat menyesal.
"Alandra, apakah kamu seputus asa itu? Aku yang seharusnya merasakan ini, kamu dipenuhi cinta, tetapi kenapa kamu merasa begitu sedih?" Alex terus menatap Alandra, tetapi dia hanya menunduk dan menangis.
Tiba-tiba ada suara mobil orangtuanya datang. Alex dan Alandra bergegas
naik ke kamar mereka. Orangtuanya tidak tahu apa yang terjadi. Ibunya hanya
melihat meja makan yang berantakan tetapi tidak peduli yang terjadi. Baik ibu
dan ayahnya sungguh tidak peduli apakah ada hal buruk terjadi pada anak mereka.
***
Seminggu dari kejadian itu, Alandra dan orangtuanya bersiap untuk lamaran dari anak wali kota yang terkenal akan ketampanannya namun tak bermoral. Alex tidak ingin tinggal diam, dia merasa bersalah jika membiarkan adiknya begitu saja sementara sudah lama ini dia telah salah menilai adiknya.
Dilihatnya Alandra yang terus menunduk dan mengepal tangannya membuat
Alex memberanikan diri untuk membawa Alandra pergi. Namun, saat Alex
mengutarakan niatnya, Alex pun mendapat tamparan di kedua pipinya.
"Anak bodoh! Mengapa kamu tiba-tiba peduli? Urus saja urusanmu!" Ayahnya sangat marah lantas mengusir Alex. "Pergi kamu! Anak tak berguna!"
Alex menatap Alandra. "Alandra, ini kesempatan terakhirmu untuk
hidup bebas. Jelaskan dan pergilah bersamaku!" Alex berteriak sambil
digiring pergi oleh bodyguard ayahnya.
Alandra sangat terkejut mendengar Alex. Rasa beraninya tiba-tiba muncul.
Alandra berteriak, lambat laun berubah menjadi tangisan histeris. Ayahnya
sangat terkejut, karena saat bersamaan
keluarga dari wali kota datang dan melihat kejadian tidak semestinya. Putranya
yang diusir, putrinya mengamuk, dan keadaan saat itu sangat berantakan.
Ayahnya menampar Alandra dan mengejar calon besannya. Alandra segera
pergi, ibunya tidak bisa menahan putrinya yang sangat emosi dan membiarkannya
pergi bersama Alex.
Keluarga itu sangat kacau saat ini, namun kini kesempatan hidup baru di
dapatkan Alex dan Alandra mereka pergi ke rumah kakeknya yang telah lama
meninggal. Di sana Alex mulai menjual berbagai barang untuk keperluan petani,
Alex juga mengumpulkan uang untuk Alandra melanjutkan kuliahnya ke kota.
Beberapa tahun kemudian Alandra sudah menjadi dokter dan Alex menjadi
pengusaha terkenal, mereka berniat mengunjungi orangtuanya yang tersebar kabar
bahwa sedang sekarat.
Mereka pergi dengan ragu.
Ternyata kabar itu memang benar, orangtua mereka telah sekarat, meskipun
mereka terkenal dengan kekayaannya tetapi mereka kesepian.
Mereka sangat terharu melihat anaknya yang terlihat rapi dan sehat.
Alandra mulai mendekati kedua orangtuanya dan ternyata disambut dengan pelukan
hangat, Alex hanya melihat dari
jauh. Dia takut tidak diterima seperti
Alandra, Alex pun berniat pergi. Tiba-tiba….
"Alex, anakku, maafkan ayah. Kemarilah mungkin ini menjadi pelukan
terakhir kita," sahut ayahnya dengan suara yang parau.
Alex mendapatkan pelukan pertamanya setelah sekian lama, mereka hidup
bersama dengan penuh kasih, namun tidak bertahan lama. Ayahnya meninggal dan
ibunya yang sangat terpukul dengan kepergian suaminya. Ia hidup penuh dengan
kesedihan, dan meninggal beberapa bulan kemudian.
TAMAT
0 Komentar
Yuk kita beropini mengenai isi post-nya~