Tak terhitung berapa banyak orang yang telah bergabung dalam platform menulis seperti Wattpad, Storial, Dreame, dsb. Tak terhitung pula berapa banyaknya cerita yang di-upload setiap harinya.


Menulis di platform memang menyenangkan, karena penulis bisa terus tracking perkembangan pembacanya, dan pembaca juga bisa memilih cerita yang sedang trending berdasarkan angka viewers-nya. Selain menyenangkan, ternyata menulis di platform itu juga menguntungkan!


Salah satunya adalah sistem paid stories atau cerita premium. Banyak platform yang berhasil menarik penulis-penulis untuk bergabung dengan menawarkan sistem cerita berbayar, di mana penulis bisa memperoleh keuntungan atau royalti.  Tentu tergiur, bukan?


Karena angka-angka tersebut, tanpa disadari sistem penerbitan jadi ikut bergeser. Yang semula penulis berebut untuk menawarkan naskah ke penerbit, sekarang jadi penerbit yang berebut menawarkan penerbitan kepada cerita-cerita dengan angka pembaca yang tinggi melalui suatu platform. Karena pada dasarnya penulis ingin karyanya menjadi sebuah buku cetak dan memperoleh royalti, tanpa pikir panjang lagi mereka akan menjawab, “Ya! Saya setuju!”


Tapi tunggu dulu, jangan buru-buru, jangan mudah tergiur.


Lah, kenapa? Menguntungkan, kok.


Benar menguntungkan atau justru merugikan? Pada faktanya, tak sedikit penulis yang mengeluhkan kerugian setelah naskahnya diterbitkan. Royalti tidak terbayarkan, promosi tidak sesuai, stuck lama di tahap editing, dan lain sebagainya.


Menulis naskah itu sulit, tentu wajar bagi seorang penulis melindungi dan menginginkan tempat terbaik untuk naskahnya. Lalu, bagaimana caranya?



1. Periksa status validasi penerbit

Banyaknya penerbit yang bermunculan di platform menulis memang cukup mengerikan. Sulit untuk menentukan mana yang asli dan mana yang kaleng-kaleng. Banyak penerbit yang dijalankan oleh sekumpulan orang-orang tak profesional yang tentunya memasang sistem yang rapuh. Tentu hal itu akan merugikan penulis.


Jangan mau untuk memberikan naskah berharga kita kepada penerbit yang tak bertanggung jawab.


Cara memeriksanya mudah dan tak perlu repot. Cukup pergi ke laman ISBN dan cek validitas penerbit yang datang kepadamu. Jika validitas OK, maka penerbit tersebut sudah terdaftar di Indonesia dan tentunya memiliki ISBN sendiri.


Namun, itu saja tak cukup. Mari kita lihat langkah kedua.


2. Periksa semua buku terbitan penerbit tersebut

Jangan mau menjadi buku pertama yang diterbitkan oleh penerbit tersebut, karena selain jam terbang mereka pendek, tentu penulis tak ingin menjadi kelinci percobaan, bukan? Begitu gagal, maka naskah penulis juga akan terkena imbasnya.


Jika ternyata penerbit tersebut sudah pernah menerbitkan beberapa buku sebelumnya, silakan cek ISBN-nya. Caranya mudah. Ambil satu atau beberapa judul buku yang telah mereka terbitkan, lalu ketik ISBN-nya di laman ISBN. Jika nama penerbit yang muncul sesuai dengan nama penerbit yang datang kepadamu, maka cukup aman. Jika nama penerbit yang muncul berbeda dengan nama penerbit yang datang kepadamu, kamu patut curiga. Lebih baik konfirmasikan kepada penerbit yang datang kepadamu.


Jangan percaya jika penerbit tersebut berkata, kami penerbit cabangnya atau kami anak penerbit dari ini. Karena yang namanya cabang atau anak penerbit, juga harus terdaftar di Indonesia dan memiliki ISBN-nya sendiri.


Jangan lupa untuk periksa jenis penerbit tersebut: penerbitan mayor, penerbitan indie, penerbitan vanity, atau penerbitan mandiri (self publishing).


Jadi hati-hati ya.


3. Baca baik-baik kontrak penerbitannya

Jika penerbit yang datang tidak memberikan kontrak, jangan ragu untuk pergi. Setiap penerbitan selalu ada kontrak antara pihak A dan pihak B. Di sana akan tertulis peraturan royalti, kebijakan penerbitan, dan sebagainya yang berhubungan dengan naskahmu.


Banyak penulis berbagi cerita mengenai suatu pihak yang menawarkan naskah penulis untuk dipindah dari platform A ke platform B. Tentu dengan iming-iming ceritamu akan dibaca ratusan juta orang dan tersebar luas ke alam semesta.


Sekali lagi, jangan tergiur! Ingat selalu bahwa kamu bukanlah satu-satunya yang ditawari. Ada banyak—ratusan akun—yang ditawari untuk menjadi naskah kontrak di suatu platform. Tentu saja kita dapat menyebut bahwa itu adalah pesan broadcast. Kalaupun kamu setuju untuk pindah platform, pastikan untuk tanya bagaimana nasib ceritamu setelah bergabung dengan platform baru dan apa keuntunganmu.


Jika platform tersebut menggunakan sistem royalti sesuai dengan angka viewers, maka kamu perlu untuk merenungkan lagi keputusanmu. Namun jika platform tersebut menggunakan sistem royalti yang pasti, tanpa perlu melihat jumlah viewers, then why not?


4. Jangan malu untuk bertanya banyak

Malu bertanya, sesat di jalan. Ungkapan ini benar adanya.


Apa pun itu, jangan pernah ragu untuk bertanya. Apa yang disampaikan penerbit dan yang tertulis di kontrak, silakan tanya kembali untuk memastikan. Jangan sampai miss yang akhirnya menyebabkan penerbitan naskahmu terhambat.


Kami akan sediakan beberapa topik pertanyaan yang bisa ditujukan kepada penerbit dan silakan dikembangkan sendiri ya, Dreamers.


Latar belakang

Visi misi

Prestasi penerbit

Seluk beluk penerbit (pimpinan, editor, dsb)

Kontrak

Keuntungan penulis

Marketplace penerbit

Cara promosi


Jika Dreamers memang sangat ingin untuk menjadikan naskahnya sebagai buku cetak, jangan lupa bahwa ada self publishing. Memang repot karena harus mempersiapkannya sendiri, namun jauh lebih aman dan menguntungkan daripada naskah berhargamu diambil oleh penerbit kaleng-kaleng. Sudah rugi, tapi tak bisa pergi. Alhasil kisahmu menjadi judul sebuah FTV, Naskahku Terhalang oleh Kontrak Sialan.


Semoga dengan artikel ini bisa membantu Dreamers memilih penerbit yang cocok untuk naskahnya ya. Jangan mau rugi dan jadilah teliti.


Lindungilah naskahmu seperti seorang ibu melindungi anaknya.


Sampai jumpa di artikel berikutnya.


Salam kreasi!