Chapter 1: Jadi Diri Sendiri
Hai guys… salam
kenal dari saya Dalen. Kali ini saya ingin berbagi perspektif mengenai pendapat
banyak orang tentang jadi diri sendiri, apakah ada masalah dari kalimat
tersebut? Saya memiliki sebuah cerita dari beberapa pengalaman saya dan
teman-teman terdekat saya.
Masalah yang sering kali terjadi dalam memaknai kata
motivasi terkadang membawa kita keluar dari masalah atau semakin masuk lebih
dalam, bagaimana hal itu bisa terjadi? Seringkali banyak yang menggambarkan
bahwa saya yang pemarah, baperan, atau manja
adalah karakter bawaan saya dan itulah saya, saat ada orang
yang ingin berniat baik untuk menegur bahwa sudah banyak orang yang
merasa kurang nyaman dan sering kali tersinggung dengan perilaku saya.
Karakter mulai terbangun sejak dari dalam kandungan
yang terekam dalam alam bawah sadar sampai kita lahir dan terus tumbuh dengan
dipengaruhi oleh lingkungan hidup, sampailah terbentuk karakter yang terkadang
kita pertahankan, banggakan dan diagungkan oleh diri sendiri.
Sejujurnya itu memang menjadi warna dalam hidup,
manusia memang unik dengan segala yang ada dalam diri sendiri, jika dibayangkan
begitu membosankan jika kita hidup dengan orang yang berkarakter sama. Semua
akan terasa mudah dan lurus saja. Tetapi permasalahan yang terjadi saat
warna-warna dari karakter kita bertemu dan
saling bertabrakan. Jika saya adalah
pendengar dan teman saya adalah orang yang suka
berbicara maka kami akan nyambung saat bersama. Tetapi jika saya pendengar dan
teman saya pun sama, siapa yang akan kami dengarkan?
Masalah lain yang sering kali menjadi masalah adalah
saya seorang pemarah, sering bergurau namun sangat menyukai kekuasaan bertemu
dengan teman saya yang mudah tertawa, namun mudah tersinggung dan tidak menyukai
kemegahan. Bagaimana jadinya?
Kami bertemu akan merasa nyaman ketika saya bergurau dan dia menyukai candaan saya,
tetapi saya menyukai
kekuasaan dengan membuktikannya melalui segala
Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi teman saya berusaha menerima saya yang suka pamer dan dia tetap menjadi pribadinya yang sederhana. Atau saya yang berusaha beradaptasi dengan kesederhanaan teman saya. Apakah itu merubah pribadi saya dan tidak lagi menjadi diri saya sendiri? Menurut perspektif saya hidup tidak selalu harus menurut diri sendiri, mungkin sering kali disebut egois, tetapi bukankah saat orang lain egois terhadap diri kita, itu sangat menjengkelkan? Saya tidak tau bagaimana yang lain tetapi saya sangat kesal saat bertemu orang yang demikian, semua melulu harus mengikuti keinginannya.
Warna-warni karakter tersebut akan nampak indah ketika kita mampu saling menghargai dan tidak saling menonjolkan, sering kali ini bertabrakan dengan kata motivasi lain "jangan berusaha untuk disukai banyak orang". Sekali lagi, salah penggunaan kata motivasi bisa menjerumuskan masuk ke dalam masalah yang lebih besar. Mudahnya kamu tidak sedang berusaha membahagiakan orang lain, tetapi berusaha membuat diri sendiri nyaman saat tidak ada perlawanan dengan kata hati. Pernahkah kamu merasa beradu dengan hati kecil saat bermasalah dengan teman, sahabat, atau bahkan keluarga karena sifat yang terlalu egois dan tidak memperhatikan situasi orang lain, atau pernahkah melihat temanmu berubah menjadi sangat pemarah saat bermasalah dengan seseorang, karena merasa muak menjadi orang yang berusaha menghargai tetapi tidak dihargai oleh orang lain.
Bagaimana pendapatmu? Apakah perspektifku salah atau mungkin ada beberapa hal saja yang sependapat? Jika ingin berbagi perspektif sangat boleh di sini.
Penulis: Dalen
0 Komentar
Yuk kita beropini mengenai isi post-nya~