Negeri Utopia memberikan akses
masuk tak terbatas untuk remaja pilihan di seluruh dunia. Undangan mulai
disebar ketika mereka sedang terlelap. Masing-masing di undang untuk masuk ke
negeri Utopia lewat jalur mimpi.
Cakupan waktu di negeri Utopia
lebih lama dari durasi tidur mereka. Satu jam kita bermimpi, satu minggu kita
berada di sana.
Tak terasa, aku sudah hampir
dua minggu ada di sini. Aku kira aku hanya akan berkeliling mengitari negeri
Utopia saja. Ternyata, setiap anak yang memiliki undangan telah di daftarkan ke
akademi Utopia. Akademi sihir nomor satu untuk anak-anak terpilih.
Kami semua dilatih hingga mahir
menggunakan sihir. Katanya, setiap murid di akademi ini wajib menguasai satu
sihir, bahkan boleh lebih dari itu. Lalu, akademi ini juga tidak hanya
mengandalkan sihir saja. Setiap seminggu sekali, kita juga bebas memilih hal
apa yang kita inginkan. Seperti berlatih memanah, bela diri, berkuda,
menggunakan pedang, memasak dll.
"Alice! Ayo cepat kita
pergi ke aula!" ucap Ann sambil menarikku bersamanya.
"Ann! Ada apa ini? Kenapa
semua orang terlihat buru-buru?" tanyaku tak mengerti.
Ann mendengus sebal.
"Alice... akademi kita telah di serang! Di se—rang!" teriaknya gemas.
Tanpa perlu banyak bicara, aku
langsung menggegam tangan Ann dan mulai berteleportasi.
Lagi-lagi Ann mendengus kesal.
"Kenapa kau tidak menggunakannya daritadi sih?!" ucapnya kesal.
Aku terkekeh pelan. "Maaf,
aku baru memikirkannya sekarang."
Ann hanya bisa menggelengkan
kepala, mungkin saja dia sudah pusing dengan tingkahku?
****
"Selamat malam, dengan
berat hati saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena harus mengumpulkan
kalian di jam istirahat kalian."
Peofesor Thomas menatap kami
dengan sorot mata tak enak hati. Kami semua hanya bisa mengangguk paham dan
mencoba memahami situasi.
"Seperti yang kalian
ketahui, akademi kita telah di serang! Serangan itu terjadi pada salah satu
murid kita, Ayden. Ayden mengalami cedera yang cukup parah akibat serangan itu,
beberapa fasilitas akademi pun ikut di serang hingga menimbulkan kerusakan,
" ucap Profesor Thomas sedikit memberi jeda.
"Sudah dapat kita pastikan
sendiri, bahwa yang memberikan serangan ini hanyalah negeri seberang alias
negeri Dystopia," ucapnya lagi.
Suasana aula semakin ramai,
mereka mulai membicarakan apakah negeri Utopia akan kembali berperang dengan
negeri Dystopia?!
"Dengar! Selain para
prajurit, kita juga harus turut andil untuk melindungi negeri ini dari
kejahatan negeri seberang. Kita tidak boleh membiarkan mereka menjajah dan
menguasai negeri kita!" teriak Profesor Thomas diikuti sorak sorai para
murid akademi.
"Gunakan seluruh kemampuan
kalian yang telah dilatih di sini. Meskipun cukup singkat, aku yakin murid
tingkat awal pasti bisa melakukannya. Tenang saja, para senior dan guru kalian
pasti akan membantu. Jadi jangan khawatir dan bersiaplah untuk menghadapi
berbagai kemungkinan terburuknya!"
"Ya! kami siap!"
teriak kami serentak.
Setelah itu, kami diperintahkan
untuk kembali ke kamar asrama masing-masing. Kami semua diminta untuk
beristirahat sebaik mungkin, agar ketika waktu berperang tiba, kami semua
mempunyai stamina yang kuat.
"Ann... aku tak percaya
jika kita akan berada disituasi seperti ini. Situasi yang cukup sulit untuk
remaja biasa di realita," ucapku sedikit khawatir.
Ann terkekeh pelan. "Hey,
Alice! Dengarkan aku! Ini Utopia, segala hal yang kita anggap tidak mungkin
terjadi pada akhirnya dapat terjadi. Aku tahu kau khawatir, tapi jangan pernah
takut. Lagipula, kita semua akan bersama-sama dalam pertempuran nanti."
Aku hanya dapat tersenyum
tipis. Rasanya, perasaanku tidak enak. Namun, aku tidak ingin membuat Ann jadi
khawatir. Rasanya, Ann benar-benar sudah siap untuk menghadapi segala
kemungkinan terburuknya. Sedangkan aku masih menciut takut untuk menghadapi hal
itu.
****
Empat hari setelah insiden penyerangan itu, kami semua dikumpulkan di aula
kerajaan. Raja mengumumkan bahwa negeri Utopia sedang dalam bahaya. Negeri
Dystopia kembali menyerang dengan serangan membabi buta. Semua prajurit dan
murid akademi Utopia diturunkan untuk pertempuran kali ini.
Aku juga merasa cukup siap
untuk ikut bertempur. Meski jika nanti aku gugur di medan perang, setidaknya
aku masih punya harapan untuk hidup di duniaku yang sebenarnya.
Kami semua mulai diarahkan ke
tempat masing-masing. Aku bersama Ann dipilih untuk masuk ke regu pemanah. Regu
kami sudah bersiap di atas tebing. Beberapa regu akademi dan para prajurit pun
sudah siap di tempatnya masing-masing. Raja dan para petinggi Kerajaan serta
petinggi akademi sudah siap di garda terdepan. Kami semua pun sudah siap untuk
menanti kedatangan bangsa Dystopia.
Benar saja, dalam waktu
beberapa detik mereka mulai muncul. Dalam satu kali teriakan mereka langsung
menyerang ke arah kami.
"PRAJURIT,
SERANGG!!!!" ucap Raja negeri Dystopia.
Tak mau kalah, Raja Edmund dari
negeri Utopia langsung menyerukan para pemanah.
"PEMANAH, SERANGG!!!"
teriaknya lantang.
Dalam satu kali bidikan,
bebeapa prajurit Dystopia tumbang. Kami terus membidik ke arah mereka tanpa
henti. Aku sendiri pun tidak akan membiarkan mereka untuk menyentuh batas
benteng Utopia.
Beberapa prajurit yang
menggenggam tombak, langsung meluncurkan tombaknya ke arah prajurit Dystopia.
Raja Dystopia terlihat marah saat melihat prajuritnya banyak yang gugur.
Pasukan berkuda dan Raja
Dystopia langsung maju dan bergegas menyerang ke titik depan. Sepertinya dia
sudah kalang kabut, sampai tidak memikirkan hal apa yang akan terjadi di
belakangnya.
Sebagian pasukan berkuda negeri
Utopia keluar dari persembunyian. Mereka keluar dari arah hutan dan menyerang
pasukan Dystopia dari arah belakang.
"Arrghhh!!!" teriakan
memilukan dari pasukan Dystopia terdengar nyaring di telinga kami.
Hampir seluruh pasukan Dystopia
tumbang. Sang Raja pun terlihat sangat marah atas kekalahan telaknya kali ini.
Dalam hitungan detik, pasukan negeri Dystopia mundur dari medan perang.
Kami semua bersorak senang saat
mendapatkan kemenangan ini. Meskipun, hanya sementara tapi kami begitu senang.
Kami tahu, jika suatu saat nanti mereka akan kembali dan menyerang lagi.
Mungkin saat itu tiba, pasukan mereka akan lebih kuat lagi. Begitu pula dengan
kami, hingga hari itu tiba kami semua akan mempersiapkan diri agar bisa lebih
kuat lagi.
Peperangan antara negeri Utopia
dan negeri Dystopia tidak akan selesai sampai hari ini saja. Perjalananku di
negeri ini pasti akan sangat panjang.
Aku harap, kalian akan tetap
setia menunggu kisahku yang lain.
-T A M A T-
0 Komentar
Yuk kita beropini mengenai isi post-nya~