"Pada
akhirnya kita bertemu lagi di sini," kata orang yang berada di hadapanku.
"Ya, kita memang akan selalu bertemu," jawabku santai.
"Jadi, kau sudah memecahkan masalah yang ada di tempat ini?" tanya Indra lagi, orang yang sedari tadi ada di hadapanku.
"Semua sudah beres, kita tinggal menyerahkan semuanya kepada Linda."
"Berarti tugas kita sekarang apa? Kita tentu tidak mau memberikan X tontonan yang menarik kan? Dia adalah lawan kita yang sebenarnya."
Aku berdiam diri sejenak, memikirkan seuntaian kata yang tepat untuk dijelaskan kepada sahabatku ini.
"Setelah ini kita akan bertanding. Jika kita tidak bertanding seperti yang diharuskan, maka sistem akan langsung mengeliminasi kita berdua secara langsung."
"Jadi solusinya adalah kita harus tetap bertarung seperti biasa?"
"Iya, setidaknya itu yang perlu kita lakukan sampai muncul tanda bagi kita untuk berhenti," jawabku singkat.
"Ya sudah, sampai di sini saja kita bisa berbicara bebas. Jika lebih dari ini kita akan ketahuan dan entah apa yang akan terjadi," sambungku lagi sambil melihat arloji yang ada di tanganku.
Indra hanya mengangguk sambil mengambil handuk yang tadi dia taruh di meja. "Aku pergi dulu kalau begitu."
Aku hanya tersenyum sambil melihat kepergiannya meninggalkan ruang kantin.
Aku pun mengambil salah satu kursi dan duduk di sana. Kuharap perjuangan kami mengakhiri semua ini tidak sia-sia.
"Sebentar lagi ini akan berakhir."
============
"Mari
kita sambut, petarung yang akan menjadi lawan Indra. Ini dia, Andri...!!!"
Aku melangkahkan langkah kakiku ke dalam arena pertarungan. Di hadapanku sudah ada pembawa acara yang membawa microphone, wasit, dan lawan sekaligus sahabatku, Indra.
"Ini akan menjadi pertandingan final di mana yang menang akan keluar dari dunia ini dan menerima hadiah utama."
Semua bersorak mendengar pembawa acara mengucapkan kalimat tadi. Suara sorakan itu memenuhi tempat pertarungan kami.
Aku sudah siap, kami sudah menyusun semuanya sesuai rencana. Yang tersisa adalah eksekusi yang tepat agar rencana ini berjalan lancar.
Aku, Indra, Linda, dan yang lainnya tidak tertarik dengan hadiahnya. Yang kami inginkan adalah, X, dialah sumber masalah ini.
Aku dan Indra saling bertatap. Saling memberi kode dengan tatapan kami. Kami sudah menyusun skenarionya. Aku harap tidak ada yang curiga dengan yang kami lakukan, termasuk, X.
"Pertandingan dimulai!" Wasit berteriak.
Aku dan Indra langsung berlari saling menghampiri. Kami saling menghantam satu sama lain di tengah arena.
Kami bergulat, saling serang di tengah arena. Semua pukulan yang didaratkan sudah sesuai perhitungan.
"Rasakan ini!" teriak Indra sambil melayangkan tangannya ke mukaku.
Aku menangkisnya, cukup kuat kali ini tenaga Indra.
"Tidak semudah itu!" balasku dengan tonjokan ke arah perut. Upper cut yang tidak terelakan.
"Wow, itu serangan yang bagus dari Andri."
Penonton kembali bersorak. Aku tau itu pukulan yang cukup keras, tapi aku yakin Indra mampu menahan pukul itu.
Aku mengedipkan mataku ke arah Indra. Indra hanya membalasnya dengan senyuman.
Tak lama kemudian semua lampu padam, suasana menjadi gelap. Aku tahu itu pasti tandanya, tanda permainan yang sesungguhnya baru dimulai.
Lampu masih padam. Tidak ada tanda-tanda lampu akan menyala. Aku sendiri mulai khawatir, tidak seharusnya selama ini.
Lampu kemudian menyala, dan menampilkan pemandangan yang tidak ingin aku lihat.
Casper yang menjadi kunci kemenangan kami tergantung di televisi raksasa tepat di depanku, dengan menampilkan huruf "X" besar di layarnya.
"Kau kira bisa mengelabuiku semudah itu?"
Tanganku mengepal keras. Casper sudah ketahuan, kalau begini jadinya, tidak ada cara lain selain memakai cara itu.
0 Komentar
Yuk kita beropini mengenai isi post-nya~