Di
era digital ini semakin memudahkan para penulis untuk berkarya, salah satunya
dengan menggunakan platform menulis online seperti Wattpad, Storial, NovelToon,
dan sebagainya.
Namun, tak sedikit pula penulis ingin karyanya menjadi sebuah buku cetak yang dapat dipeluk kapan saja. Alasannya berbagai macam, ada yang mencetak bukunya agar bisa dijual-belikan, ada yang karena ingin dipajang di rumah, bahkan ada yang karena sebagai pembuktian bahwa penulis yang nyata adalah yang memiliki buku secara nyata juga.
Karena berbagai alasan tersebutlah para penulis berlomba-lomba untuk menerbitkan karyanya menjadi buku cetak. Pertanyaannya adalah … apakah mencetak buku itu harus melalui penerbit mayor? Berarti harus ikut seleksi juga dong? Kalau mau cetak buku cuma buat koleksi aja, gimana caranya?
Jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah TENTU kamu bisa menerbitkan naskahmu secara MANDIRI, atau yang biasa kita sebut sebagai self-publishing.
Yuk, mari kita intip hal-hal yang perlu kamu lakukan dalam menerbitkan buku secara mandiri.
1.
Siapkan naskah yang utuh
Hal yang paling mendasar dalam menerbitkan buku adalah memiliki naskah yang utuh alias sudah tamat. Jika naskahmu sedang dalam tahap penamatan, maka selesaikanlah terlebih dahulu sebelum masuk ke proses penerbitan buku selanjutnya.
2.
Melakukan sunting naskah
Hal kedua yang tak kalah penting adalah melakukan penyuntingan terhadap naskah yang akan kamu terbitkan. Tak mungkin kamu membiarkan naskahmu penuh tipo dan susunan kalimat yang berantakan, bukan? Walaupun hanya sebagai koleksi pribadi, tentu kamu tetap menginginkan hasil yang terbaik kepada setiap karyamu.
3.
Menyiapkan tata letak naskah (layout)
Buku cetak tentu memiliki format tata letak yang berbeda dengan saat kamu tengah menulis naskah. Misal, pada saat menulis naskah, ukuran kertas yang kamu gunakan adalah Letter 8½×11 in, margin normal, dan Times New Roman 12pt. Maka, saat kamu memindahkan naskahmu ke format buku cetak, kamu perlu mengubah ukuran kertas menjadi 13×19 cm atau 14.8×21 cm (ukuran standar buku novel di Indonesia), margin custom top 13 mm, left dan bottom 20 mm, serta right 20 mm (margin standar Penerbit Circle Pedia Indonesia), kemudian Cambria 11pt.
Ingat, kamu bebas mengubah tata letak sesuai yang kamu mau dan pastikan cocok untuk naskahmu.
Dalam menyusun tata letak buku cetak, kamu juga bebas menghiasnya seperti menambahkan ornamen, ilustrasi pendukung, nomor halaman, dsb.
4. Desain cover buku
Ini penting sekali, karena pembaca/pembeli cenderung memperhatikan cover buku terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menyentuh bukumu. Dalam membuat cover, pastikan kamu menggunakan aplikasi Photoshop untuk hasil yang maksimal, seperti resolusi minimal 300 dpi.
Selain itu, penting untuk mengenal karakteristik ceritamu agar kamu tak salah dalam mendesain cover buku.
Ada tiga hal yang perlu kamu perhatikan dalam membuat cover buku, yaitu front cover, back cover, dan punggung cover. Kamu bisa mendesainnya secara terpisah.
Misal, ukuran buku (lihat cara no.3) yang telah kamu layout adalah 13×19 cm, maka ukuran kanvas front dan back cover kamu adalah 13×19 cm. Kemudian dalam mengukur punggung cover, kamu perlu mengira-ngira tebal bukumu seberapa. Kamu bisa ambil buku lain untuk dijadikan pembanding. Misal, naskah yang telah kamu layout berjumlah total 300 halaman, maka kira-kira tebalnya 1.5 cm.
Anggaplah tebal=lebar. Maka ukuran punggung cover kamu adalah 1.5×19 cm. Sampai di sini paham, bukan?
Ketika tiga hal itu telah kamu persiapkan, kamu tinggal menggabung saja front, back, dan punggung cover menjadi satu.
5.
Pendaftaran ISBN
Kalau kamu ingin menjual-belikan bukumu, alangkah baiknya kamu daftarkan dahulu bukumu ke Perpustakaan Nasional RI di Jakarta (bisa melalui online). Namun, jika kamu hanya ingin bukumu menjadi koleksi pribadi saja, maka tak disarankan untuk mendaftarkannya ISBN.
Mengapa begitu? Kalau hanya sebagai koleksi pribadi saja, kamu tak perlu repot-repot mendaftarkan bukumu ke Perpusnas. Selain menghemat biaya (Pendaftaran ISBN ke Perpusnas melalui jasa membutuhkan sekitar IDR 250K), kamu bisa menyimpan naskahmu untuk suatu saat jika kamu ingin mengirimnya ke penerbit mayor/indie.
Rata-rata naskah yang memiliki ISBN (walau self-publishing) besar ditolaknya oleh penerbit mayor di kemudian hari.
Tapi tentu jika kamu tetap ingin mendaftarkan bukumu agar memiliki ISBN, sah-sah saja. Toh, juga merupakan keuntungan bukumu ada di arsip Perpusnas RI.
Yang perlu diingat, kamu tidak bisa mendaftarkan bukumu untuk memiliki ISBN jika kamu belum memiliki badan hukum, sehingga kamu membutuhkan bantuan jasa ISBN.
6.
Mulai mencetak buku
Kamu bisa mencari di Google Search tentang percetakan termurah atau yang terdekat lokasinya denganmu (agar hemat ongkir). Kemudian, pihak percetakan biasanya akan mengirimkan formulir cetak untuk kamu isi, seperti jenis kertas, warna, jenis cover, jumlah cetak, dsb. Semua bergantung kebutuhanmu.
7.
Menentukan harga buku (opsional)
Jika kamu tak berniat menjual bukumu, maka lewati saja bagian ini. Namun, jika kamu berniat untuk menjualnya, maka kamu perlu memikirkan harga buku.
Bagaimana caranya? Kamu bisa melihat harga buku-buku lainnya yang mirip denganmu sebagai patokan harga. Jangan terlalu mahal, juga jangan terlalu murah. Agar terlihat lebih menarik, sertakan juga merchandise atau bonus untuk pembeli yang nantinya akan membeli bukumu.
Kamu juga bisa mulai mendistribusikan bukumu melalui agen distributor (membutuhkan biaya yang lumayan besar) atau kamu bisa selling your own book by yourself (yang tentu biayanya bisa kamu atur sendiri).
0 Komentar
Yuk kita beropini mengenai isi post-nya~