Mau mendengar lanjutan kisahku di SMA? Ya, tentu saja tentang si kakak kelas misterius yang mampir di mimpiku semalam. Baiklah, aku akan melanjutkan sekarang.

Setelah acara baris-berbaris selesai, ketua OSIS menyarankan agar semua siswa baru dipecah menjadi beberapa kelompok, tujuannya agar memudahkan ketika melihat-lihat area sekolah. Berhubung acara MOS ditiadakan tahun ini, sebagai gantinya mungkin dengan cara MPLS ini. Ketika dibagi kelompok, jujur aku sangat berharap agar aku masuk ke dalam kelompok dimana yang menjadi pembimbingnya itu si Kakak kelas ganteng yang ku ketahui bernama Putra.

"Kelompok satu; Hikam, Fauzi, Dian, Faisal, Nindi, Ayumi, Indah, Puput, Bian, dan Salma. Kalian ikut bersama Kak Alya, dia akan menjelaskan setiap detailnya tentang sekolah ini."

Yaaah! Sayang sekali. Namaku berada diurutan ke-lima di kelompok satu, dimana pembimbingnya bukan Kak Putra. Melainkan Kak Alya—paskibraka perempuan. Tapi tidak apa-apa deh, nanti aku bisa curi-curi pandang ketika acara ini selesai. Lagipula waktuku di sekolah ini masih panjang, jadi aku bisa mendekati kakak kelas itu nanti.

"Kelompok satu silahkan balik kanan, lalu langsung membubarkan diri untuk ikut dengan Kak Alya. Ingat, patuhi semua peraturan yang ada."

"Baik, Kak!" seru kelompok satu.

Aku melambaikan tangan pada teman SMP-ku yang berbeda kelompok denganku, dan sialnya, dia malah masuk kelompok yang dipimpin oleh Kakak kelas idamanku. His! Tukar posisi bisa tidak sih?

Jujur, aku tidak terlalu memperhatikan semua penjelasan dari Kak Alya—yang tengah menjelaskan tentang seluk beluk semua ruangan yang tengah kami kunjungi. Pikiranku terus tertuju pada satu anggota paskibraka yang sangat menarik perhatianku ketika pertama kali datang. Karena aku tidak tiba-tiba mengenalnya begitu saja, aku sudah memimpikannya sebelum aku masuk sekolah ini. Ajaibnya, lelaki itu, lelaki yang ada di mimpiku ternyata ada di sekolah ini. Sampai saat ini aku belum tau apa maksudnya itu semua. Sebuah kebetulan? Kenapa bisa? 

"Oke, ada yang mau adik-adik tanyakan tentang penjelasan saya tadi? Mungkin ada yang belum paham, atau penjelasan saya kurang jelas. Kalian diperbolehkan untuk bertanya sebanyak-banyaknya, karena waktu kita masih lama untuk mengitari sekolah ini." Itu kata Kak Alya. Entah disuruh siapa, tanganku tiba-tiba terangkat ke atas—padahal aku tidak menyimak pembicaraan Kak Alya tadi, jadi apa yang harus aku tanyakan?

"Kakak ganteng itu siapa namanya Kak?" ujarku sambil menunjuk kepada Kak Putra. Sial, kenapa aku begitu bodoh? Sudah jelas tadi dia memperkenalkan diri, masih saja aku bertanya seperti itu pada Kak Alya. Dasar Nindi!

"Bukannya tadi kakak itu sudah memperkenalkan dirinya, ya? Oh, mungkin kamu lupa, ya? Baik, kakak itu namanya Muhammad Alif Putra, atau lebih akrab dipanggil Putra. Kenapa tiba-tiba menanyakan hal diluar penjelasan saya?" tanya Kak Alya sambil terkekeh geli.

"N-nggak kak, nggak apa-apa. Pengen tau aja, hehe." Aku tersenyum bodoh di hadapan semua kelompok ku dan Kak Alya. Mungkin mereka mengira aku ini aneh, karena kenyataannya memang begitu. Nindi aneh!

"Kalau mau tahu banyak tentang Putra, kamu boleh tanya sama saya. Free kok, tenang aja," ujar Kak Alya sambil tersenyum manis menampilkan lesungnya.

"Siap, 86!" balasku semangat.

Akhirnya! Aku menemukan kakak kelas yang royal, dan tentunya sangat baik sudah menawarkan kesempatan tersebut. Baik, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu!

Sepertinya hanya sampai sini saja, deh. Sampai jumpa!

TAMAT


        Pengarang: Eka Rostiawati