"Akhirnya kita bisa meet up kembali setelah sekian lama," ujar Rifa, sahabat Alya.
"Iya nih, enaknya ngapain ya," tanya Alya.
"Gatau nih, kita foto foto aja yuk," ajak
Salsa.
"Nah ide bagus tuh," kata Rifa.
Semua teman-teman sedang bersiap siap untuk berfoto agar bisa diabadikan momennya. Namun, ada salah seorang laki-laki yang tidak ingin lepas dari ponselnya sepertinya dia sedang melihat hal penting yang ada di dalam ponselnya. Ternyata orang itu adalah Ahhad. Begitu fokusnya dia akan urusan ponselnya.
"Ayo berdiri semuanya kita mau foto!" seru Rifa.
"Ayo si cepet jangan lama lama!" pinta
Salsa
"Ditaroh dulu dong, yang lagi mainan hp," ucap teman-teman yang sudah siap foto.
Pada saat itu, tiba tiba Ahhad mendekati Alya.
"Alya, apa benar ini foto kecil kamu?" tanya Ahhad.
"Eh iya itu aku," jawab Alya.
"Kamu kecilnya kek gini ya?"
"Lah ya emang begitu, lucu kan?"
"Hehehe."
Ternyata Ahhad sedang melihat foto di dalam akun sosmed milik Alya yang terdapat foto waktu kecil dirinya bersama teman-teman TK. Foto tersebut berada di bagian paling bawah. Sepertinya Ahhad sedang stalking Alya. Begitu fokusnya dia dengan ponselnya.
"Kamu temen TK-nya Amel, Al?
"Iya, kamu tahu Amel?
"Iya, kan Amel temen SMP-ku."
"Oh, begitu".
Dalam hati Alya berkata, "Apa? Ahhad melihat fotoku? Pasti yang ada di dalam pikirannya, aku sangat lucu dan menggemaskan," pikirnya.
Pada waktu itu, teman-teman yang lain tidak ada yang mengetahui apa yang sedang mereka berdua bahas.
Waktu Isya telah tiba, Alya dan teman-teman yang lain bergegas untuk berwudhu. Semua perempuan sudah memakai mukenah termasuk Alya. Sekarang tinggal giliran Ahhad sendiri yang belum mengambil wudhu, karena dia adalah satu satunya laki-laki yang hendak mengimami. Lalu dia bertanya kepada sang pemilik rumah, tentunya adalah Alya.
"Al, di mana wudhunya."
"Di belakang, tinggal wudhu aja gih."
"Di mana sih, anterin," balas Ahhad.
"Aduh udah pake mukenah, tinggal sono aja ke
toilet!"
Dia kekeh, dia hanya ingin diantarkan oleh Alya. Akhirnya Alya mengalah dan mau mengantarkan Ahhad mengambil wudhu.
Kemudian, mereka akhirnya mulai menunaikan shalat Isya
berjamaah.
Seusai menunaikan salat, mereka pun berkumpul sebentar, berbincang bincang, dan tidak lama mereka pulang ke rumah masing masing.
Lambat hari demi hari, tahun demi tahun, kita lama tidak bertemu kembali. Ahhad mulai berubah.
"Ayo, kita kumpul lagi nih di rumah Alya! Biasa...," ajak Rendi.
"Ah, enggak mau, jauh," jawab Ahhad.
"Yeuh, kaya ngga biasa aja lu, Had."
Ahhad mengatakan jika mereka itu jauh. Di situ hati Alya sangat terpukul mengapa Ahhad tega berkata seperti itu. Apa yang sekarang membuat Ahhad berubah, dia juga tidak tahu dan tidak akan mencari tahu. Yang dia tahu sekarang, Ahhad itu jadi dingin dan kalem.
Saat ini, Alya mulai fokus mengejar mimpinya. Setelah lulus SMA, dia memutuskan untuk kuliah dengan mengambil prodi Pendidikan Seni Rupa. Karena cita-citanya sebagai guru seni budaya.
Suatu ketika, Alya pulang dari rumah temannya seusai mengerjakan tugasnya. Dia bertemu kembali dengan Ahhad di suatu jalan, namanya jalan Rintang. Ahhad menawarkan untuk membonceng Alya.
"Al, ayo naik!" ajak Ahhad.
Tentunya Alya sangat kaget dengan hadirnya seseorang dari belakang, yang menawarkannya untuk naik motor bersama. Apalagi orang yang mengajaknya adalah Ahhad. Seorang pria yang dari dulu dia nantikan kehadirannya dan diharapkan bahwa mereka bertemu kembali.
Tidak perlu basa-basi, akhirnya Alya menuruti apa yang Ahhad katakan.
Memang keinginannya juga seperti itu. Lalu Ahhad segera menancapkan gas hingga berangkat mengantar Alya pulang.
Kayanya seru deh kalo kita jodoh, halu Alya kembali hadir dalam otaknya.
Tapi tidak mungkin juga dia katakan di depan Ahhad. Karena Ahhad sendiri pernah bilang kepadanya jika mereka itu jauh.
Terasa begitu lama dia berada di atas motor Ahhad. Sampai dia bisa melakukan perdebatan antara logika dan perasaannya.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah Alya.
"Makasih ya Had, udah nganterin sampai rumah."
"Sip sama sama, Alya."
"Maaf kalo ngerepotin."
"Ngga kok, santai aja...."
"Ya sudah, makasih ya."
Tidak banyak menanyakan tentang keadaan Alya, Ahhad langsung memutar balikkan motornya.
"Hat-hati di jalan ya."
"Iya, aku pulang ya."
Alya sangat tahu betul siapa saja mantan Ahhad. Mungkin hal ini yang membuat Ahhad berubah menjadi sangat dingin.
Jika boleh berkata terus terang kepadanya, kayaknya aku lebih dulu mencintaimu dari pada mantan pertamamu itu, dalam hati Alya lagi-lagi meresahkannya.
Sepertinya, waktu sudah tidak akan sanggup lagi, jika harus menunggu Alya mengutarakan rasanya. Karena yang dia tahu, Ahhad menjadi cuek dan tidak sehumoris dulu lagi. Sebab, ada satu dan lain hal yang membuat dia tidak percaya lagi, yaitu Ahhad terlalu dingin buat dia.
"Sepertinya aku ngga butuh kamu di hujan bulan desember, karena hujan udah buat aku dingin," ucapnya dalam lubuk hati saat hadir dan perginya kembali.
Pada waktu itu, Alya sangat mencintai Ahhad dan berharap jika Ahhad mencintainya juga. Tidak ada yang bisa Alya lakukan untuk mendapatkan orang yang berhati dingin seperti Ahhad, selain mendoakannya agar menjadi jodohnya.
"Ya Tuhan, jika aku berjodoh dengan orang yang aku cintai aku akan jadi anak sholeh."
Alya menuliskan sebuah nazar pada sebuah buku diary yang tersimpan di sebuah rak buku miliknya.
"Nazarku salah! Harusnya kutulis, jika Ahhad jodohku, maka aku akan jadi anak sholeh. Kenapa aku bernazar dengan tidak menyebutkan nama?" tanyanya dalam hati.
Kini nazarnya telah hilang dimakan usia. Hingga membuat Alya lupa akan nazarnya. Namun, ketika Alya masih berusia muda, dia selalu mendoakan kedua orangtuanya, membahagiakannya, tidak pernah membantah, selalu membanggakan kedua orangtuanya, dan yang paling utama tidak pernah menyakiti hati keduanya.
Hingga pada suatu hari datang pada masanya, Ahhad melamar Alya untuk menjadi pasangan hidupnya. Sebenarnya alasan Alya berbakti kepada orangtua bukanlah tujuannya untuk mendapatkan Ahhad. Tetapi, dengan berbakti kepada kedua orangtua dan tidak menyakiti hati keduanya. Akhirnya Tuhan mengabulkan doa Alya dan mempermudah Alya untuk bertemu dengan jodohnya.
TAMAT
Pengarang: Iip Fatihah
0 Komentar
Yuk kita beropini mengenai isi post-nya~