"Bagaimana keadaan bomnya sekarang?" tanyaku kepada rekanku yang sedang berada di sisi lain ruangan.

 

Kami sedang sibuk berusaha mengembalikan bom yang sedang aktif kembali ke masa sekarang. Letak bom itu berada di Teluk Meksiko, tempat yang sama di mana asteroid penyebab kepunahan dinosaurus berjuta-juta tahun yang lalu.

 

Sekarang adalah tahun 2133, di mana semua teknologi sudah berkembang. Ya, hampir semua. Hanya satu saja alat yang masih menjadi angan untuk diciptakan, yaitu mesin waktu.

 

Bukannya tidak mungkin bagi kami umat manusia abad 22 untuk menciptakan mesin waktu. Namun masih cukup sulit bagi kami untuk menciptakannya mengingat teori relativitas dan dunia quantum yang kejelasannya pun masih belum dijelaskan begitu rinci.

 

Bisa dibilang, hanya beberapa ilmuan yang masih berani untuk bereksperimen dengan alat itu, termasuk juga aku dan juga rekanku.

 

Kami sedang dalam tahap uji coba pertama untuk memindahkan suatu benda ke masa lalu. Tentu saja kami sudah memperhitungkannya apakah benda itu memiliki pengaruh besar terhadap susunan sejarah dan apakah akan menjadi paradox atau tidak.

 

Seharusnya kami siap memindahkan sebuah apel ke suatu tempat di masa lalu, namun sayangnya kami salah target dan malah memindahkan sebuah bom nuklir taktis yang sedang aktif ke masa di mana peradaban manusia baru terbentuk.

 

"Tersisa 3 menit agar kita bisa memindahkan bom itu kembali ke sini. Jika tidak, aku tidak tau apa yang akan terjadi nantinya," jawab rekanku.

 

Aku hanya menelan ludah mendengar perkataannya. Aku terus berusaha agar bisa membawa kembali benda mengerikan itu ke tempat asalnya.

 

Sebenarnya cara kerja alat yang kubuat cukup mudah. Cukup scan saja benda yang mau dipindahkan dengan alat scanner biasa yang sudah terhubung dengan alat besar di ruangan ini sudah mampu memindahkan benda seukuran bola sepak ke koordinat tanggal dan tempat yang dituju.

 

Begitu pun dengan mengembalikan benda yang barusan dipindahkan. Cukup menggunakan alat navigasi ruang waktu yang kuciptakan bersamaan dengan mesin waktu sudah bisa mengambil kembali barang dengan ukuran yang sama saat aku mengirimnya.

 

Kekurangannya hanya satu, karena ini alat percobaan jadi area pengambilannya cukup luas dan benda yang dipindahkan dari masa lalu ke masa sekarang sangat acak. Itu yang menyebabkan kami kesusahan mengambil bom nuklir yang salah kirim tadi.

 

"Aku punya satu ide, dan mungkin ini satu-satunya cara supaya bom itu kembali," ujar rekanku tiba-tiba.

 

"Apa? Bagaimana?"

 

"Alih fungsikan scanner dan sisi pengirim dari mesin waktu itu menjadi sisi penerima dan mengirim kembali bom itu kemari," katanya dengan nada serius.

 

"Maksudmu dengan melakukan scanning ulang pada data yang sudah dikirim lalu mengambilnya kembali dan meletakkannya ke tempat sebelumnya bim itu berada?" tanyaku.

 

"Iya benar, seperti melakukan undo pada saat mengetik makalah di komputer."

 

Aku masih sedikit ragu dengan ide itu. Jika itu dilakukan, maka artinya kami membawa kembali bom yang sedang aktif dan akan meledak ke dalam ruangan ini.

 

"Jangan banyak berpikir. Aku akan menjinakkan bom itu untukmu. Kau ingat kan kalau aku ini mantan regu penjinak bom di militer dulu?"

 

Aku sedikit meragukan saran temanku. Memang benar dia adalah mantan regu penjinak bom, tapi masalahnya adalah durasi waktu dari bon itu sampai di sini sampai bom itu sendiri meledak. Apakah cukup baginya untuk menjinakan bom itu?

 

Aku pun mengutak-atik sedikit perkabelan pada mesin waktuku dan aku pun mulai mengoperasikannya kembali. Mesin menyala dan sedang memuat data dari bom yang ada di masa lalu itu.

 

"Hei," panggil temanku tiba-tiba.

 

"Kau tahu, sebenarnya itu bukan ide yang bagus. Tapi aku berusaha melakukan yang terbaik. Lebih baik mengorbankan diri kita dan alat sialan ini dibanding dengan alur waktu sejarah dunia ini kan."

 

Aku tersenyum mendengar perkataannya. 

 

"Ya sebenarnya kita sudah mengorbankan nyawa kita semenjak kita salah mengirim bom kamuflase itu beberapa jam yang lalu."

 

Kami pun tertawa setelah mendengarkan kalimat menyedihkan itu. Sekarang kami sedang menunggu alat di depan kami bekerja. Sesuatu yang sungguh beresiko sedang menunggu kami.

 

Hasil operasi dari alat ini akan menjadi penentuan nasib dunia ini. Jika gagal, maka kami akan merusak dunia. Jika berhasil, maka ini akan menjadi catatan sejarah untuk tidak lalai dalam melakukan uji coba. Setidaknya rekaman kamera pengawas ini sudah terekam ke ruangan pengawas.

 

Pengarang: Michael