Aku masih berada di kamarku. Semenjak kubawa kotak misterius itu ke rumahku dan menaruhnya di pojok kamarku, benda itu tidak bergerak sama sekali.

 

"Mungkin nanti akan kutanyakan pada Indra saat dia sampai nanti," gumamku pelan.

 

Tak lama deru mesin mulai ramai terdengar. Mereka akhirnya datang. Aku segera bergegas membawa kotak itu ke ruang tengah dan membukakan pintu untuk mereka.

 

Cukup ramai kali ini. Ada Linda, Indra, Layla, Lala, dan juga Yogi. Mereka semua adalah teman satu perguruan karate denganku. Mereka semua datang seperti biasa, di hari Minggu hanya untuk bermain.

 

Aku cukup tertegun dengan penampilan Linda hari ini. Dirinya tampak cantik kali ini. Cukup lama aku memandanginya sampai mereka semua mendekatiku yang berada di ambang pintu.

 

"Hei jagoan, bagaimana dengan lombamu," sapa Layla hanya basa-basi. Dia yang pertama kali masuk ke dalam ruang tengah rumahku.

 

"Dia pasti sangat senang, kan sudah menang tiga kali berturut-turut," tambah Indra.

 

"Benarkah itu, Aan? Lala jadi bangga sama kamu," puji Lala berlebihan. Aan adalah nama panggilanku yang dibuat Lala. Dia sangat suka sekali memanggil nama orang dengan konsonan yang ganda.

 

"Selamat atas kemenangan kemarin ya," timpal lagi Yogi.

 

"Ya, terimakasih, Gi," balasku ramah. Aku merasakan hawa yang tidak enak dari Yogi. Kurasa dia masih tidak suka saat aku mengalahkannya ketika ia akan mendapat gelar kemenangan tiga kali berturut-turut.

 

Linda pun masuk belakangan. Menyisakan dirinya paling belakang adalah kebiasaannya. Alasannya supaya bisa leluasa memandangi sekitar.

 

"Linda," panggilku mencegah dia pergi selangkah lebih jauh setelah memasuki ambang pintu.

 

Minggu depan adalah hari tenang, tidak ada latihan dan teman-teman yang lain sudah punya rencana sendiri. Jadi sudah dipastikan mereka tidak akan datang ke rumahku Minggu depan.

 

Aku berencana akan mengajak Linda untuk jalan-jalan pada hari Minggu. Linda langsung berhenti begitu aku memanggilnya tadi, dan dia masih menunggu apa yang akan kukatakan padanya.

 

"Begini, Linda ...," kataku terpotong.

 

Linda hanya memainkan ekspresinya untuk menanggapi kalimatku.

 

"Bagaimana kalau minggu depan...."

 

"Andri, ini kotak apa?" teriak Indra dari dalam ruang tengah.

 

Aku pun menghela nafas saat Indra memanggil namaku. Merusak suasana sekali. Aku pun menghampirinya yang sudah sibuk dengan kotak yang sedari awal sudah kuniatkan untuk bertanya kepadanya.

 

"Itu aku temui kemarin saat pulang dari lomba," jawabku sembari menghampirinya, "tadinya aku mau bertanya kepadamu tentang kotak ini, tapi sepertinya kamu sendiri yang menghampiri kotak itu."

 

"Rasanya seperti aku mendapatkan kotak Pandora," canda Indra setelah mendengar perkataanku.

 

Semuanya hanya tersenyum mendengar perkataan Indra. "Bagaimana kalau kamu buka kotak itu Indra."

 

Layla pun menghampiri lalu berjongkok di sebelah Indra sambil memperhatikan kotak itu.

 

"Lalu setelah kubuka kotak ini semua kesedihan akan keluar menjalar ke seluruh dunia?" tanya Indra dengan nada remeh.

 

"Dicoba saja, siapa tau ada hal lain kan," kata Layla yang terlihat penuh percaya diri.

 

"Baiklah," kata Indra sambil mengambil posisi akan membuka kotak itu.

 

"Kuharap perkataan Andri tadi bukan sekedar bualan hanya untuk menjahiliku." Kunci kotak yang bertulisnya 'Who Will Win Games' itu pun terbuka.

 

Semuanya mengambil posisi siaga takut-takut ada sesuatu yang mengejutkan keluar dari kotak itu, termasuk aku.

 

Kotak pun terbuka, dan sesuai dugaan kami kotak itu mengeluarkan sebuah benda. Namun benda itu langsung terjatuh. Benda itu berbentuk seperti konsol game terkenal, PS2.

 

"Wow, kau sangat beruntung Ndri, bisa menemukan konsol game seperti ini," kagum Indra sambil memandangi benda itu.

 

Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya. Aku juga cukup senang jika aku menemukan konsol game itu. Tapi aku tidak pernah memiliki benda seperti itu sebelumnya, jadi aku tidak tau apakah akan berguna jika aku tetap menyimpannya. Kurasa aku kuberikan saja kepada Indra.

 

"Bagaimana kalau kita memainkannya saja," saran Linda tiba-tiba.

 

"Ide bagus," teriak Lala tiba-tiba, "bagaimana kalau Lala ikutan bermain juga?"

 

Mereka sibuk mengobrol menentukan urutan siapa yang bermain terlebih dahulu. Aku tidak mau mencampuri urusan mereka, aku juga tidak tahu cara memainkannya.

 

Aku pun berjalan ke dekat televisi untuk membantu Indra memasangkan konsol game itu. Setelah selesai, aku bergegas ke dapur untuk mengambil minuman. Tanpa sengaja mataku menangkap secarik kertas yang terletak tak jauh dari kotak tadi berada.

 

Aku mengambilnya lalu membacanya dalam hati. Di dalamnya terdapat seperti langkah langkah atau mungkin opsi, tapi aku yakin itu bukan kertas petunjuk pemakaian.

 

Di kertas itu tertulis, 'ikuti petunjuk di bawah ini untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu'. Aku tidak mengerti, dan aku terus membacanya sampai tiba-tiba ada yang mengejutkanku.

 

"Kamu sedang membaca apa Andri?" tanya suara yang familiar di telingaku.

 

Aku segera menolehkan kepalaku dan kudapsti Linda ada di sebelahku. Dia tersenyum begitu aku melihat ke arahnya.

 

"Ini, kertas yang tadi aku temui di dekat kotak konsol itu," jawabku singkat. 

 

Linda mendekat untuk membaca kertas itu juga. Aku langsung memberikan kepadanya karena aku harus menyiapkan minuman untuk dibawa kembali ke ruang tengah.

 

Ketika Linda melihat aku yang hampir kerepotan dengan bsrang bawaan dia menawarkan diri untuk mrmbantu. "mau kubantu?"

 

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Jarang sekali aku bisa merasakan suasana seperti ini bersama dengan Linda. Apa mungkin aku harus menyambung percakapan di pintu tadi?

 

"Linda," panggilku lagi.

 

Dia hanya menoleh pelan sambil memainkan ekspresinya. Aku masih tetap berjalan sejajar dengannya.

 

Baru saja aku mau mengatakan keinginanku, aku sudah melihat Yogi dan Lala cukup terpaku di depan televisi. Sementara, Indra dan Layla sudah menghilang entah kemana.

 

"Kalian kenapa?" tanyaku setelah menaruh makanan dan minuman ke atas meja.

 

Aku melihat ke arah televisi. Di sana terdapat tulisan yang cukup mencolok. 'WWW GAMES, FIGHT FO YOUR LIVE' begitulah yang tertulis.

 

"Mereka...." Yogi mulai membuka mulutnya.

 

"Iin sama Laylay masuk ke dalam televisi begitu mereka menyentuh kontrol game itu!" Teriak Lala histeris.

 

Aku terkejut mendengar perkataan Lala barusan. Masuk ke dalam game? Apa itu mungkin? Mengapa mereka sampai bisa masuk ke dalam sana? Terlebih lagi, bagaimana caranya keluar?

 BERSAMBUNG


Pengarang: Michael